Prabowo 'Kuasai' Warga TikTok Diduga karena Emosi, Bukan Rasional

Ilustrasi. (Foto: iStockphoto/Urupong)

Jakarta, Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berhasil 'menguasai' platform media sosial TikTok. Apa alasannya?

Hal tersebut terungkap dari data analis media sosial Drone Emprit menurut pantauan di TikTok periode 21-30 Januari 2024.

Ismail Fahmi, founder Drone Emprit, mengatakan Prabowo-Gibran memiliki jumlah interaksi atau engagement tertinggi dengan total 1.271.642.826. Interaksi ini dihitung dari total like, komentar, share, dan view.

"Ini menandakan bahwa mereka memiliki keterlibatan yang sangat tinggi di TikTok, mungkin karena peristiwa penting, aktivitas kampanye, atau keberhasilan strategi konten yang mereka terapkan pada periode tersebut," kata Ismail lewat cuitannya di X (sebelumnya Twitter), Rabu (31/1).

Kemudian, pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD berada di tengah-tengah dalam hal jumlah interaksi, yakni dengan total interaksi 570.797.272.

Sementara, pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di posisi buncit dengan total interaksi 516.899.152.

"Ini menunjukkan tingkat keterlibatan yang signifikan tetapi merupakan jumlah terendah di antara ketiga entitas," ujar Ismail.

Dari paparan yang disampaikan Ismail, terlihat bahwa ada 2.042 unggahan terkait Prabowo-Gibran di TikTok selama periode analisis. Ribuan unggahan tersebut mendapat 73.663.081 likes, 3.362.523 komentar, 2.953.573 shares, dan 1.197.162.733 views.

Kemudian, pasangan Ganjar-Mahfud berada di posisi kedua dengan total engagement 574.882.128 di 1.755 unggahan TikTok. Ribuan unggahan tersebut mendapat 25.349.593 likes, 1.730.978 komentar, 613.302 shares, dan 547.195.500 views.

Sementara itu, pasangan Anies-Cak Imin tercatat ada sekitar 2.504 unggahan di TikTok, terbanyak dari dua paslon lainnya. Namun begitu, tingkat engagment Anies-Cak Imin masih kalah dibanding Prabowo-Gibran atau Ganjar-Mahfud.

Menurut Drone Emprit, 2.504 unggahan tersebut hanya mendapat 30.256.546 likes, 2.212.461 komentar, 1.008,099 shares, dan 489.082.676 views. Total engagement pasangan ini sebesar 522.562.286.

Ismail mengatakan total unggahan Anies-Cak Imin lebih banyak dibanding Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud selama periode tersebut. Hal ini mungkin menunjukkan frekuensi konten yang lebih tinggi atau periode kampanye yang lebih lama untuk Anies-Cak Imin.

"Meskipun 'Anies-Cak Imin' memiliki jumlah post terbanyak, 'Prabowo-Gibran' memiliki total engagement tertinggi (1.277.143.952), yang jauh melebihi yang lain," jelas Ismail.

"Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka memiliki jumlah post lebih sedikit, setiap post mereka mendapatkan resonansi dan interaksi yang lebih besar dari audiens. 'Ganjar-Mahfud MD', meskipun memiliki jumlah post paling sedikit, memiliki total engagement yang tidak jauh berbeda dengan 'Anies-Cak Imin'," lanjut dia.

Budiman Sudjatmiko, Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, sempat bicara soal pemanfaatan konten-konten TikTok yang menjadi bagian strategi politik kampanye pasangan tersebut. Hal ini keluar usai ramai pengguna TikTok menangisi Prabowo usai debat capres pada 7 Januari lalu.

Menurut Budiman wajar jika pihaknya mendapat keuntungan atau memanfaatkan viralnya video tersebut sebagai bahan kampanye. Baginya, itu merupakan strategi politik.

"Di TikTok, kemampuan audio-visual dalam berkampanye dengan argumen-argumen atau bahkan nyaris tanpa argumen. TikTok argumen visual. Argumen tidak harus rasional begitu ya, tapi yang penting bisa merangsang emosi segala macam," ujar Budiman, mengutip Detik X.

Hal senada disampaikan Herzaky Mahendra, Wakil Ketua Tim Komunikasi TKN Prabowo-Gibran. Menurut dia TikTok efektif untuk menggalang opini publik.

Ia mencontohkan pada debat 7 Januari lalu, ketika Prabowo mendapat banyak serangan dan kritik dari Anies dan Ganjar. Meski tak berkutik menghadapi dua capres lainnya, kondisi itu dimanfaatkan untuk memperoleh simpati generasi muda melalui TikTok.

Prabowo dipersepsikan sebagai 'korban' dan pihak yang terus-menerus memperoleh serangan dari dua capres lainnya.

"Saya ngelihatnya (anak muda berpikir) ini kok orang kejam sekali ya, gitu," ucap Herzaky.

Menurut dia kondisi tersebut didukung kultur di Indonesia yang berbeda dengan di Amerika, misalnya. Di Amerika, pemilih cenderung tertarik pada capres yang memiliki argumen kuat, terstruktur, sistematis, dan rasional.

Ketika satu calon makin unggul dalam argumen dan debat, publik makin suka. Namun, lain halnya dengan di Indonesia.

"Indonesia tuh melihatnya adalah bagaimana dia lebih bisa mendapatkan simpati-empati. Bagaimana karakternya menghadapi orang dan enggak suka orang yang kalau menyerang, menjatuhkan lawan," ujar dia.


Sumber: CNNIndonesia 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel