Kilas Balik Keseruan Debat Pertama Anies vs Prabowo vs Ganjar


 Jakarta - Debat ketiga khusus calon presiden akan digelar di Istora Senayan, pada Minggu (7/1) mendatang. Akankah debat ketiga seseru debat perdana capres?

Berdasarkan catatan detikcom, debat perdana capres digelar pada Selasa (12/12/2023) yang lalu, di halaman KPU, Jakarta Pusat. Debat tersebut berlangsung seru lantaran Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saling beradu pendapat.

Tak hanya itu, sejumlah isu pun menjadi ramai dibahas bahkan meski debat tersebut usai.

1. Pupuk Langka

Kelangkaan pupuk menjadi salah satu isu yang diungkit pada debat perdana capres. Isu ini mulanya diungkap oleh capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.

Prabowo mulanya mengatakan dirinya sudah berkeliling Indonesia, salah satunya Jawa Tengah. Prabowo mengaku mendapat keluhan dari warga Jateng soal sulitnya mendapatkan pupuk. Dia juga menyinggung kartu tani.

"Yang saya dapat setelah saya keliling, khususnya di Jateng Pak Ganjar, petani-petani di situ sangat sulit dapat pupuk," kata Prabowo.

"Mereka mengeluh dengan kartu tani yang Bapak luncurkan, ini mempersulit mereka dapat pupuk," kata Prabowo.

Ganjar pun menjawab Prabowo dengan menyebut kelangkaan tidak hanya terjadi di Jateng. "Untuk Pak Prabowo saya harus mengingatkan, Pak, pupuk langka terjadi di Papua, Pak, pupuk langka terjadi di Sumatera Utara, Pak, pupuk langka terjadi di NTT, NTB, Kalimantan Timur," imbuh Ganjar.

2. Oposisi

Kemudian, isu yang juga ramai dibahas yakni terkait oposisi. Isu ini membuat tensi memanas antara Prabowo dan capres nomor urut 1, Anies Baswedan.

Isu ini bermula dari Anies Baswedan mengeluhkan soal demokrasi di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia menyebut kini rakyat tidak percaya dengan demokrasi di era pemerintahan sekarang.

Prabowo Subianto pun membela Jokowi. Bahkan, Prabowo mengatakan di masa Pilgub DKI Jakarta 2017 partainya mengusung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

"Mas Anies... Mas Anies... Saya berpendapat Mas Anies ini agak berlebihan," ujar Prabowo.

Prabowo kemudian mengungkit dirinya lah yang mendukung Anies di Pilgub DKI Jakarta tahun 2017. "Kalau Jokowi diktator Anda tidak mungkin jadi Gubernur," kata Prabowo.

"Saya waktu itu oposisi Mas Anies. Anda ke rumah saya. Kita oposisi, Anda terpilih," imbuhnya.

Anies kemudian menyinggung soal Prabowo yang kini berada di pemerintahan. Anies juga menyebut Prabowo tak tahan jadi oposisi.

"Seperti disampaikan Pak Prabowo, Pak Prabowo tidak tahan untuk menjadi oposisi, apa yang terjadi? Beliau sendiri sampaikan bahwa tidak berada dalam kekuasaan, membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha, karena itu harus berada dalam kekuasaan. Kekuasaan itu lebih dari soal bisnis, kekuasaan lebih dari soal uang, kekuasaan adalah soal kehormatan untuk menjalankan kedaulatan rakyat," ujar dia.

3. Ordal

Selanjutnya isu yang sempat menambah keseruan debat yakni perihal orang dalam atau ordal. Persoalan ordal ini disinggung oleh Anies Baswedan.

"Fenomena ordal ini menyebalkan, di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal (orang dalam). Mau ikut kesebelasan ada ordalnya, mau jadi guru ordal, mau masuk sekolah ada ordal, mau dapat tiket konser ada ordal, ada ordal di mana-mana yang membuat meritokratik nggak berjalan, yang membuat etika luntur," kata Anies.

Anies lantas bercerita soal fenomena orang dalam saat pengangkatan guru. Dia langsung mendengar keluhan ini dari guru.

"Beberapa waktu lalu, beberapa orang guru berjumpa dengan saya mengatakan, 'Pak, di tempat kami pengangkatan guru-guru didasarkan ordal, kalau tidak ada ordal, nggak bisa jadi guru nggak bisa diangkat". Lalu apa jawabannya, "Atasan saya bilang, wong yang di Jakarta saja pakai ordal kenapa kita yang di bawah nggak boleh pakai ordal'," tuturnya.

4. Angin Tidak Punya KTP

Terakhir isu yang juga sempat membuat ramai debat perdana capres yakni terkait angin tak punya KTP. Isu ini berangkat dari persoalan polusi udara.

Prabowo mulanya mempertanyakan terkait dana Rp 58 triliun untuk penanganan polusi udara untuk DKI Jakarta, tapi persoalan polusi udara tidak tuntas. Kemudian, Anies pun menjawab dengan menyinggung angin tak punya KTP.

Anies menyebut polusi di Jakarta tidak konsisten. Maka itu, ia menyebut bahwa angin tidak mempunyai KTP dan polusi mengikuti arah angin.

"Bila masalah polusi udara itu bersumber dari dalam kota Jakarta maka hari ini, besok, minggu depan akan konsisten akan terus kotor, tapi apa yang terjadi? Ada hari di mana kita bersih, ada hari di mana kita kotor. Ada masa Minggu pagi Jagakarsa sangat kotor, apa yang terjadi? Polusi udara tak punya KTP, angin tak ada KTP-nya," kata Anies.

"Angin itu bergerak dari sana ke sini. Ketika polutan yang muncul dari pembangkit listrik tenaga uap mengalir ke Jakarta maka Jakarta punya indikator, karena itu Jakarta mengatakan ada polusi udara. Ketika anginnya bergerak ke arah Lampung, ke arah Sumatera, ke arah Laut Jawa, di sana tidak alat monitor maka tidak muncul, dan Jakarta pada saat itu bersih," tambahnya.

Merespons hal itu, capres nomor urut 2 Prabowo mengatakan angin seharusnya tak bisa disalahkan. Dia menanyakan Anies soal langkah apa yang dilakukan dalam penanganan polusi dengan anggaran sebesar itu.

"Ya susah kalau kita menyalahkan angin dari mananya. Jadi saya bertanya, dengan anggaran segitu besar (Rp 58 triliun), langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk dengan real dalam 5 tahun mengurangi polusi juga, di mana rakyat Jakarta itu banyak yang mengalami sakit pernapasan," ujarnya.

"Jadi saya kira gampang menyalahkan angin, hujan dan sebagainya ya mungkin tidak perlu ada pemerintahan kalau begitu," sambungnya.


Sumber: detikcom

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel